Selasa, 23 Agustus 2011

Kedaulatan bangsa, dimanakah kau berada ??

     Hari ini saya membaca berita (yang mungkin terlambat saya baca) di yahoo yang menyebutkan bahwa campur tangan asing di Papua sangat kentara.

Dibawah ini kutipan beritanya :
INILAH.COM, Jakarta - Keterlibatan anggota parlemen Inggris di Papua dengan memfasilitasi konferensi International Parliamentary for West Papua (IPWP) untuk Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan bentuk intervensi asing terhadap kedaulatan RI.
Pendapat tersebut disampaikan Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie M Massardi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/8/2011). “Meskipun belum menjadi langkah resmi pemerintah Inggris, hal ini merupakan fakta nyata adanya campur tangan asing di Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, di Oxford Inggris diselenggarakan konferensi yang digagas International Lawyers for West Papua (ILWP).  Konferensi itu mengangkat tema tentang kemerdekaan Papua Barat, yakni "West Papua? The Road to Freedom". ILWP diduga dimotori oleh oknum anggota Parlemen Inggris.
Adhie menjelaskan, secara umum, di Papua tidak sedang terjadi pergolakan serius yang bisa ditafsirkan sebagai "keadaan bahaya" yang mengancam terjadinya pelanggaran HAM. Sehingga, Papua tidak layak menjadi urusan masyarakat Internasional.
Semua ini terjadi akibat lemahnya tata kelola pemerintah. “Dalam kasus OPM yang makin dapat dukungan Inggris, ini 100% merupakan cermin kegagalan politik luar negeri RI. Dampaknya, dalam beberapa pekan ke depan akan ada kegentingan di Papua.”
Adhie berpandangan, DPR dan para pemimpin politik nasional untuk membicarakan hal tersebut untuk segera menentukan langkah. Langkah itu perlu dilakukan karena menurut Adhie SBY pasti akan lamban menyikapi hal ini.
“Apabila kita, terutama para pemimpin politik tidak segera bertindak, dalam tempo setahun setelah ini, Organisasi Papua Merdeka (OPM) akan mendapat dukungan luas di dunia Internasional. Kalau sudah begitu, lepasnya Papua dari NKRI tinggal menunggu hari.”

     Bertahun-tahun di bangku sekolah kita dijejali dengan ilmu pendidikan kewarganegaraan, ataupun sejenisnya, yang berisikan tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sangat indah bunyinya.  Yang kita herankan, dari tatanan masyarakat kelompok kecil yang bernama keluarga sampai dengan tatanan terbesar yaitu negara, ternyata norma-norma tersebut terkikis dengan sendirinya, entah oleh kemilau materi ataupun kepentingan lain yang akhirnya menimbulkan keberpihakan pada individu masing-masing.  Yang terjadi sungguh berbanding terbalik..  Ajaran yang kita terima adalah "kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan"....  Kemana pasal itu tatkala para anggota dewan mengadakan konverensi dan rapat ?  Ataukah apabila sudah menjadi anggota dewan atau pemerintahan tidak lagi perlu mengamalkan pendidikan kewarganegaraan, atau perlu diusulkan oleh rakyat untuk diadakan penataran ulang ?  Sungguh menyedihkan negara ini.
        Kalaupun ada negara lain yang melakukan intervensi terhadap hal-hal yang termasuk kedalam wilayah kedaulatan negara, mengapa pemerintah tidak dapat menegur dan memberikan sangsi ? Ataukah memang negara lain tersebut diminta oleh rakyat yang notabene adalah warga negara Indonesia, tetapi tidak diperlakukan sama dengan warga negara Indonesia di kepulauan lain ?  Banyak kemungkinan penyebabnya,  tetapi hal itu tidak akan terjadi selama pemerintah dapat berbuat "adil" kepada rakyatnya.
    Banyak hal yang ingin saya keluhkan apabila topiknya adalah pemerintah, dimana seolah-olah tidak ada pemerintah saat kita berjalan ke luar pulau jawa utamanya di daerah terpencil.  Di saat penduduk perbatasan yang lebih memilih menjadi penduduk negara lain karena kenyamanan fasilitas yang mereka tawarkan jauh melebihi yang didapatkan apabila menjadi penduduk negeri ini.  Infrastruktur di pulau Jawa dan Bali utamanya yang sangat timpang dibandingkan dengan pulau-pulau lain di negeri ini, dimana bahkan masalah yang sangat pokok dan sudah diatur dalam undang - undang seperti listrik dan air pun tidak dikelola dengan benar. 
Apakah negara ini miskin ?? Jawab nya : TIDAK
Tetapi karena ada kantong-kantong uang yang yang harus diisi saat pemerintah mengucurkan dana ke daerah, menyebabkan ketidak merataan terjadi. 
    Belum lagi adanya kerjasama-kerjasama yang ditanda tangani oleh pemerintah dengan pihak asing yang ternyata hasilnya tidak dapat dinikmati oleh penduduk setempat.  Makin lengkaplah pemicu yang membuat memanasnya hubungan pemerintah dan rakyat.  Sangat dimengerti apabila ketidakpuasan tersebut dapat berdampak pada perpecahan bangsa ini.  Dan apabila mereka merasa tidak mendapatkan keadilan, kemudian mereka mencari keadilan diluar sana, merupakan hal yang wajar.
    Belakangan juga sangat marak masalah TKI yang mengalami nasib yang mengenaskan di negeri orang.  Terlepas dari kesalahan TKI itu sendiri, mengapa pemerintah menjadi pihak yang terakhir mengetahui ataupun dikonfirmasi terntang masalah seperti ini ?  Kemana pemerintah disaat mereka dibutuhkan ?  Mengapa masalah tersebut tidak pernah terjadi di masa yang lalu ?  Ataukah memang citra pemerintah saat ini di mata internasional begitu tidak berharga, sehingga kedaulatannya pun dilanggar dan dilecehkan oleh negara lain ?
   Semoga pemerintah cepat tanggap menanggapi masalah yang terjadi di Papua, sebelum kejadian Timor Leste terulang kembali.  

Sabtu, 20 Agustus 2011

Pemimpin yang baik

       Dari tahun ke tahun, mayoritas dari kita merasakam haus akan seorang pemimpin yang sebenarnya,  pemimpin yang mampu membawa yang dipimpinnya ke dalam situasi yang  lebih baik dan sejahtera.  Yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang berjalan sendiri-sendiri, karena saat mereka menengok ke atas, mereka tidak mampu menemukan figur pemimpin tersebut, sementara roda kehidupan harus tetap berjalan.  Terlintas di pikiran saya bahwa ada atau tidak seorang pemimpin, tidak merubah keadaan.  Mereka hanya simbol dari sebuah jabatan tanpa dapat berbuat banyak untuk rakyat yang dipimpinnya.
      Dulu sempat saya tidak mempercayai kata-kata bahwa seorang pemimpin itu dilahirkan, bukan dibentuk.  Ternyata memang ada perbedaan yang sangat signifikan di antara keduanya.  Seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin mempunyai kharisma yang besar, yang dapat menarik individu lain, seperti medan magnet.  Sedangkan pemimpin  yang lahir karena ditunjuk, tidak akan sanggup melakukan itu.  Tetapi mereka tetap dapat memimpin dengan baik apabila dapat mengayomi dan menanamkan ajaran yang baik kepada yang dipimpinnya.  Mereka yang ditunjuk hanya 'pura-pura' memiliki kharisma, dan sebagian anak buah, karena mengharapkan kedudukan yang lebih aman akan ber'pura-pura' terpesona..
     Sebenarnya seperti apa sih pemimpin yang baik dan bagaimanakah seharusnya sikap seorang pemimpin ? Berbagai literatur ataupun pendapat berusaha merinci apakah itu pemimpin yang baik, antara lain :
  • Pemimpin yang baik adalah yang mampu memimin dirinya sendiri.  Memberikan instruksi merupakan hal yang sangat mudah, semudah membagikan kartu nama,  tetapi berperan serta dalam instruksi yang diberikan adalah hal yang penting untuk seorang pemimpin
  • Jangan menjadikan tempat yang dipimpin adalah kerajaan.  Seorang pemimpin harus mampu berpikir bahwa semua orang dapat berada dalam posisinya, menggunakan kekuasaan secukupnya dan tidak memandang kedudukan tersebut sebagai sebuah hirarki, melainkan tugas.
  • Mempunyai kepribadian yang kuat dan bertanggung jawab.  Memang benar bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kekuasaan, tetapi tidak berarti mereka boleh melakukan apa saja tanpa memikirkan tanggung jawabnya.  Jangan menjadi pemimpin yang hanya dapat meminta tanggung jawab tanpa mampu memberikan contoh, karena bagaimanapun pemimpin adalah panutan.
  • Menuntaskan pekerjaan.  Banyak pemimpin yang merasa apabila masa jabatannya berakhir, mengatakan bahwa "permainan telah selesai". Pemimpin yang baik merasa bahwa pekerjaan tidak akan pernah selesai
  • Memberikan penghargaan yang selayaknya.  Hal ini akan memotivasi bawahan untuk bekerja dan loyal terhadap institusi tersebut.
  • Tak pernah berhenti belajar.  Seorang pemimpin yang baik tidak enggan untuk berhenti belajar, meng-update pengetahuan dan kemampuannya.
Kriteria dari literatur lain yaitu seorang pemimpin harus memiliki sifat :
~. berani mengorbankan harta yang dimiliki untuk yang dipimpinnya
~. mempunyai moral yang terpuji
~. berkata jujur dan bertanggung jawab atas perkataannya
~. ramah dan santun, karena pemimpin adalah orang yang melayani yang dipimpin, bukan sebaliknya
~. bersikap sederhana untuk menjembatani antara dirinya dengan yang dipimpinnya
~. mampu menilai dengan netral dan tidak subjektif
~. tidak menyakiti, menghargai perbedaan.  Bahwa terkadang ada perbedaan pendapat dengan bawahan, bukan berarti harus mengalahkan pendapat bawahan dan selalu menggunakan pendapatnya sendiri.  Adakalanya pendapat bawahan lebih baik, dan pemimpin yang baik adalah yang mampu menerima masukan tersebut.

Kepemimpinan Dalam Islam
Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.
al-Ahzab [33]: 21).
         Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
(1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
(2) Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
(3) Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
(4) Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin suatu
kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.